IMG-20150904-WA0001

Ada yang sadar tidak? Kalau akhir-akhir ini banyak sekali yang berkaos My Trip My Adventure. Saya amat-amati kaos ini adalah fenomena terkini, di tempat wisata, di tempat umum sesekali pasti akan bersua mereka yang memakai kaos MTMA.

Tajuk yang awalnya adalah judul sebuah acara jalan-jalan sekarang menjadi tren, kaos hitam dengan tulisan My Trip My Adventure.

Fenomena ini menarik, dalam 2 tahun sebuah acara tv bisa menjadi tren petualangan baru. Sejak Jejak Petualang, jarang sekali acara jalan-jalan yang mendapat sambutan luar biasa di Indonesia. Kini My Trip My Adventure adalah tren baru, banyak komunitas fans acara ini di berbagai regional dari seluruh Indonesia.

Saya paham benar, tujuan acara ini adalah mengenalkan keindahan Indonesia, mengenalkan budaya baru, menebarkan virus jalan-jalan. Dalam beberapa episode, para penyiar acara ini menampakkan kedekatan pada masyarakat lokal, berusaha benar menampakkan perjalanan yang penuh arti.

Pantas saja banyak suka dengan acara ini, apalagi para pembawa acaranya yang gagah perkasa, cantik gemulai aduhai. Belum soal destinasinya yang terkadang asing, destinasi dengan keindahan maksimal yang seolah tiada dua. Karena semuanya memang tentang keindahan bukan?

Fenomena kaos hitam MTMA ini mirip yang terjadi pada tahun 1990-an dengan sinetron Tersayang, mendadak banyak yang memakai topi Tersayang di Indonesia. Dari sinetron mewek-mewek di layar kaca, topi merah dan pink Tersayang lantas menjadi tren kala itu.

Ini satu sisi lain popularitas, orang-orang merasa sudah menjadi pejalan, sudah melakukan petualangan jika sudah menggunakan kaos hitam MTMA. Padahal kaos hitam dan tajuk hanyalah simbol, bukan esensi dari perjalanan itu sendiri.

 

Foto oleh Rizqi PJN
Foto oleh Rizqi PJN

Buat saya, MTMA adalah bagaimana kamu menjalankan perjalananmu sendiri. Namanya juga My Trip, perjalananku dan My Adventure, petualanganku. Berarti semuanya adalah cara perjalanan, petualangan yang dilakukan oleh diri sendiri tanpa perlu menyimak perjalanan orang lain. Bukankah perjalanan adalah selalu personal dan memberikan kesan berbeda bagi tiap-tiap orang?

Maka sedikit unik ketika ada komunitas fanbase MTMA. Buat saya, kenapa justru tidak mencari cara berjalan yang tepat dan cocok diri sendiri alih-alih malah membuat fanbase? Kenapa justru ikut-ikutan, padahal bisa menjadi petualang yang menjadi diri sendiri, sesuai prinsip My Trip My Adventure, perjalananku ya petualanganku. Tidak perlu ikut-ikutan kan? Tidak perlu mencontoh orang lain?

Saya tahu kagum itu boleh, ngefans itu halal, tapi jadi diri sendiri itu lebih penting.

Sayangnya hingga saat ini orang Indonesia masih gemar dengan simbol, suka dengan julukan tapi lupa esensi dan masa sesungguhnya. Barangkali dengan hanya mengenakan kaos hitam MTMA yang keren memang seseorangΒ  bisa menjadi petualang tanpa tanding. Tapi apakah itu arti menjadi seorang petualang?

Orang-orang masih terjebak pada label dan stigma, termasuk dalam hal perjalanan.

Apalah guna kaos hitam MTMA demi simbolisasi petualangan jika tidak mengerti kearifan lokal di perjalanan, tidak tahu bagaimana safety dalamΒ  sebuah perjalanan, tidak paham bagaimana menghargai destinasi, membuang sampah sembarangan, tidak menghormati sesama pejalan dan sebagainya. Padahal sudah sangat gagah mengenakan kaos bertuliskan My Trip My Adventure.

Maka sama saja, perjalanan hanya soal kaos, tidak lebih. Perjalanan dimaknai tak lebih karena bangga karena berkaos MTMA daripada memaknai perjalanannya.

Tapi sisi positifnya adalah dengan banyaknya orang yang suka dan fanatik dengan My Trip My Adventure justru bisa menjadi sarana edukasi dan menggelorakan minat wisata alam kepada khalayak. Tinggal bagaimana mengelola fanbase tersebut agar menjadi sebuah komunitas yang mengubah dunia pariwisata menjadi positif, bukan sebaliknya.

Atau mendorong pihak televisi swasta untuk menyisipkan muatan edukasi tentang perjalanan pada setiap acaranya. Kalau demikian pastilah komunitas dan fanbase MTMA bisa menjadi agen perubahan ke arah yang lebih baik.

IMG-20150904-WA0000

Lucunya karena terjebak pada simbol, ada hal-hal yang justru menjadi sangat menggelikan. Karena dianggap acara ini mewakili petualangan maka kemudian ada perkawinan kaos dengan tajuk My Trip My Adventure dengan National Geographic.

Saya tidak akan menertawai yang menggunakannya, tapi justru mempertanyakan di mana logika si pembuat kaos. Bagaimana bisa MTMA bersanding dengan Natgeo? Apa karena unsur petualangannya? Padahal Natgeo bukanlah soal petualangan, Natgeo adalah organisasi nirlaba yang memfokuskan pada ilmu pengetahuan dan alam.

Jadi saya membayangkan justru kaos MTMA dan Natgeo dipakai orang-orang yang mencintai petualangan sekaligus berilmu. Bisa jadi cocok digunakan oleh Ibnu Battutah yang quote-quote-nya dipakai oleh para pejalan sedunia.

Itulah jika semua diletakkan pada simbol, tanpa tahu esensi. Pemakai bangga memakai kaos hitam MTMA-Natgeo, penjual mengeruk keuntungan. Padahal tajuk dan logo keliru, bisa jadi kan ada pelanggaran hak cipta dan lisensi?

Tapi apakah orang-orang peduli hal ini? Entah.

Sebagai seorang penonton acara MTMA saya memang mengakui bahwa acara ini bagus, pengambilan gambarnya juga artistik. Buat saya untuk ukuran tv lokal, acara ini salah satu yang terbaik. Wajar jika di balik acara ini fenomena kaos MTMA menjadi menggejala dan menyebar di seluruh Indonesia.

Namun tentunya sebagai penonton ada hal-hal yang bisa diperbaiki, sisi edukasi, sisi tentang kearifan orang lokal, sisi budaya. Jadi ke depannya acara ini tak hanya menyajikan soal perjalanan dan keindahan, tapi juga menyampaikan tentang edukasi dan bagaimana memaknai perjalanan.

Saya justru senang dengan MTMA banyak yang melakukan perjalanan. Kan, itu juga yang saya lakukan sebagai travel blogger, mengajak orang-orang melakukan perjalanan. Tinggal tambah lagi unsur edukasi, maka perfect-lah acara ini.

Di balik tren yang semakin menggejala, tim MTMA memang pantas diacungi jempol!

Tabik.

Besama Densu, Idola MTMA saat mereka syuting di Ciletuh.
Besama Densu, Idola MTMA saat mereka syuting di Ciletuh.
Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

55 KOMENTAR

  1. Iya nih, lagi ngehitz banget dah dikalangan anak gaul, tapi bener kata kaka efenerr, jangan terjebak dogma !

    Cukuplah jadi pejalan yang bisa bertanggung jawab, sesimpel ga vandalisme dan buang sampah sembarangan, percuma kaosnya aja MTMA tapi kalau jiwa nyampah dan vandal masih dipelihara πŸ™‚

  2. Kata kuncinya sih, edukasi kayaknya πŸ˜€ bidang apapun, di negeri ini hanya kurang edukasi yang baik. Kalau semangat mengenalkan sudut – sudut lain indonesia udah bagus kok. apalagi yang bawain acara ini mbak nadine :3

  3. entah kenapa aku nonton 2x acara ini secara full kok “gak sengaja” dapet yang gak sreg. maksudnya acaranya kok ‘dangkal’, sekedar hura2 dsb. sisi edukasinya pun minim. masih mending yg acara sejenis dari tipi tetangga.

    entahlah, semoga aku yg salah atau pas “sial” aja dapet edisi yg spt itu

  4. edukasi dalam acara itu memang perlu ya mas, walaupun fokus utama dari acara adalah untuk hiburan tapi kalau ditambah edukasi kan malah lebih apik ciamik, dapat memberi perncerahan bagi penonton untuk lebih mengenal atau mencintai negerinya ini…

  5. Aku lagi nonton beberapa kali. Tapi og sing tak tonton ngona ngono wae yo. Ming hore2 tok. Lebih suka Jejak Petualang sing jaman mbiyen. Tapi aku cukup menikmati MTMA nek pas edisi pantai njuk mas-e buka kaos. Ngono.

    Ah simbok yang sungguh shallow.

    Tapi suwer aku kangen Charley Boorman dan Diego Bunuel.

  6. wah wah… makanan bergizi… nyam nyam nyam… enak dicerna… dan pastinya mendidik… ditunggu lagi bahasan ringan nan perhatian lainnya mas Efenerr… πŸ™‚

  7. Menurut saya sih itu kembali ke diri kita sendiri,gimana kita memaknai suatu perjalanan itu.
    Gak masalah kita pakai kaos hitam MTMA,asalkan makna dari tulisan itu dapat di realisasikan melalui perjalanan mereka.
    Gak ada masalah ketika seseorang menggunakan kaos MTMA selagi mereka benar2 memaknai apa arti perjalanan dan petualangan yang sesungguhnya. πŸ™‚

  8. Mas, tulisannya mengomentari kaosnya atau acaranya? Atau sekaligus keduanya? Korelasi judul sm isinya kayanya terlalu melebar. Klo saya sbg penonton MTMA justru melihat host sering mengingatkan agar menjadi pejalan yg cerdas, salah satunya buang sampah jgn sembarangan. Sering nonton kan? Pasti tau kalo host sering ingatkan hal itu. Menurut saya itu unsur edukasi ringannya. Edukasi kan bkn hanya soal misalnya melihat sesuatu dr sisi ilmiahnya. Apapun bentuknya yg memberikan bimbingan utk melakukan hal positif, termasuk dalam edukasi. Konsep acara MTMA ya seperti itu, makanya bisa punya fanbase sendiri, kalo mau acara yg jg menonjolkan sisi edukasi lebih banyak, mungkin MTMA tdk seperti sekarang.
    Lalu apa korelasinya pejalan yg memakai kaos MTMA dengan tidak mengerti kearifan lokal di perjalanan, tidak tahu bagaimana safety dalam sebuah perjalanan, tidak paham bagaimana menghargai destinasi, membuang sampah sembarangan, tidak menghormati sesama pejalan dan sebagainya? Sudah pernah menelitinya belum? Atau ada bukti konkritnya?
    Ketika ada fanbase (saya nggak tau ini inisiatif fan MTMA sendiri yg membuat fanbase atau bentukan tim produksi MTMA) mereka tidak menentukan kriteria yg jadi fans MTMA dan memakai kaosnya haruslah pejalan yg begitu atau begitu. Sama hal brand clothing surfing, mereka menyasar pd surfer sebagai konsumennya, tp ketika ada non-surfer membeli produknya dan mengaku-aku sebagai surfer, apa lantas menyalahkan brand-nya?
    I’m not against you at all, tapi saya butuh hal yang viable dan berdasar kalo mau mengungkapkan fakta yg menurut mas orang Indonesia terlalu mengagungkan simbol, hanya kebetulan saya orang Indonesia dan tidak mengagungkan simbol.

  9. Jadi pengen ngutip ini tentang simbol πŸ˜€ nggak bisa mengindonesiakan πŸ˜€ Punten pisan.

    β€œThe compass rose is nothing but a star with an infinite number of rays pointing in all directions. It is the one true and perfect symbol of the universe. And it is the one most accurate symbol of you. Spread your arms in an embrace, throw your head back, and prepare to receive and send coordinates of being. For, at last you knowβ€”you are the navigator, the captain, and the ship.”

    ― Vera Nazarian, The Perpetual Calendar of Inspiration

  10. setuju bgt sama artikel ini, suka geli kalau liat yg pake kaos mtma dan bergerombol, πŸ™‚

    topi tersayang yg warna pink + biru, hahaha

  11. Lihat sendiri kemaren di Pantai Bandengan Jepara, lapak yg jualan kaos itu lebih laris dari yg jualan kaos destinasi. Euforia sesaat Mas, sebentar juga ilang. Hehe.. #IndonesiaBanget

  12. pasti yang tulisan blog gini ini angkatan tua ya kak πŸ˜€

    hahahah soalnya kalo angkatan tua, kalo naeknya kadang pake kotang aja. kecuali malem baruu jaketan πŸ˜€ cmiiw

    foto2 diri juga jarang, yang ada ramah tamah mengingat kebesaran alam. tetapi apapun itu, kaos ini tentunya dengan produknya telah menjadi hal yang sukses karena banyak yang niru dan mungkin dari segi penjual akan mendapat untung besaaaar.

    cmiiw

  13. Fenomena masa kini yah ka! btw, apaan cobak disandingin dengan NATGEO, ini kayak menghina sih. My trip my adventure, hostnya bejibun, jadinya our trip our leisure. Sisi edukasinya parah, sempat nonton beberapa episode, hostnya dengan gayanya gak pake helm pas nge trip. Padahal scene nya beberapa detik doang, harusnya bisa di konsep ala ala lah.

  14. Setuju sekali mas, simbol tidak dapat mewakili esensi dari perjalanan. Mungkin juga tren kaos MTMA ini seperti tren seseorang dalam melabeli dirinya dengan kata “backpacker”, “pejalan”, “petualang” dan sejenisnya. Semoga label-label itu juga diiringi oleh esensi di dalamnya.
    Tabik!

  15. Lha saya tiap sabtu pagi mantengin MTMA ditipi,lmyn jadi tau destinasi2 cakep dinegeri sendiri. Daripada liat gosip ga jelas. So far suka sih ama acranya apalagi hostnya yg ganteng aduhai, haha. Dari sisi edukasi ada sih dikit2,namanya juga acara hiburan. Banyak juga yg ga suka, dan pasti mereka traveler sejati yg punya style tersendiri dan semoga punya follower sbyk MTMA ya. Soal kaos,pernah pgn punya etapi dimana mana byk yg pake, gajadi ah ntar dikira anak gaol,:P

  16. saya penggemar Program Hiburan Bertajuk petualangan ini, menurut saya acara ini lebih bagus ketimpang gosip gosip murahan dan reality show lempar tepung, inilah indonesia setiap apapun yg di tampilkan di televisi akan lebih banyak diambil nilai negative nya ketimbang positive. coba jika pikiran kita lebih terbuka, acara ini sangat bagus dalam hal memperkenalkan wisata alam indonesia yg luar biasa indahnya dg spot spot baru yg mungkin belum diketahui banyak orang, menggerakkan anak mudah untuk melakukan hal positif walaupun dg tujuan awal hanya ikut tren seperti komunitas regional, namun bukankah ini hal positif? komunitas kecil yg bergerak dalam lingkaran positive apalagi kebanyakan penggemar program ini adalah anak anak muda, remaja??, walau hanya sekedar ikut tren saja tapi intinya menurut saya acara ini lebih bagus ketimbang pertempuran si srigala ganteng, manusia harimau, berita berita yg sering menampilkan kekerasan atau acara bertema dangdut dg biduan biduan seksi??

  17. Penulis bukan menyinggung acaranya, kedua acaranya bagus. Yang jadi masalah adalah ketika Logo NatGeo disandingkan dengan Logo MTMA. Tidak ada korelasinya antara kedua desain tersebut. Analoginya ketika lu make kaos Songoku (Dragon Ball) sebelahnya si Naruto. Sama-sama film tentang pertarungan tapi beda kasta. Kadang orang perlu tau esensi dari desain kaos yang mereka gunakan agar tidak menjadi ambigu. hehehehe…..

  18. Hahaha.. latah itu bisa menciptakan pop-culture lho dalam perjalanannya dari masa ke masa.. malah bisa jadi ladang rejeki buat yang tau peluang..
    Tapi ngga tau deh dari semenjak SD sampai sekarang rasanya sulit utk menjadi bagian dari pop-cult kayak gini.. dari dua-sejoli kaos alien workshop dan pasangannya celana mamboo yang bikin mata gue puyeng, karena tiap liat kemana pasti disuguhi tulisan itu.. (utk ukuran umur gue saat itu, kok ya mending pake kaos dgn sablonan tokoh dragon ball deh.. lebih sreg aja.. *ngaca nih yee.. masih bau kencur gitu lho..).. Beranjak SMP ada kaos FBI, DEA, CIA (hadeeuuhhh..apalagi nih..), terus ada sticker sablon berlogo produk sport (fila, nike, adidas) yang bisa-bisanya kok ditempel ke pakaian seragam sekolah pake setrika, ada juga tali prusik yang dikasih gantungan resleting produk outdoor yang menjadi momok menakutkan bagi para pemilik tas dgn brand dimaksud kala itu, karena terancam kehilangan bandul resleting tasnya (pdhl menurut gue lebih keren pake tali prusiknya doang lho..).. Waktu bergulir, SMA, kuliah sampai kesini yang macem-macem dah rupanya..
    Hmm.. mo berbagi dikit nii.. bicara selera kaos, semenjak kuliah sampe skrg sih gue lebih suka pake kaos polos.. bahkan gue pny banyak utk warna yg sama.. dan gue bisa dgn mudah ngedapetinnya.. cukup ke minimarket.. buat gue rasanya simpel aja gitu style nya.. ngga tau deh gue yang ngikutin gaya orang bule atau orang bule ngikutin gaya gue.. tp ky nya yg kedua dweeh..preeettt.. tapi ternyata ooh ternyata ngga taunya malah disangka ngga punya baju, ato bajunya ngga ganti-ganti.. *akuuu rapopo..hohohohohooo..

    (Alibi seorang pemilah pop-culture)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here