Dari dahulu saya selalu membayangkan kelak foto pre wedding saya adalah diambil pasar, dengan format hitam putih dan dipotret dengan kamera analog. Saya membayangkan fragmen-fragmen dalam foto akan sangat menarik, tidak akan menceritakan foto berdua, namun juga foto orang-orang yang hidup di sekitar kami, akan kami temui dan mungkin juga kehidupan yang akan kami tempuh berdua.
Ketika mendekati pernikahan saya sadar mungkin tidak bakal ada foto pre wedding karena mepetnya waktu persiapan. Tapi untunglah ada seorang Tomy Nurseta yang kemudian bersedia membantu saya mewujudkan sedikit mimpi saya tadi. Dipotret oleh seorang Tomy Nurseta adalah kehormatan dan kebanggan bagi kami berdua, Tomy adalah seorang fotografer bermata jeli, belajar foto dengan serius dan menguasai berbagai genre, berbeda dengan saya yang hanya berakhir sebagai pemilik kamera. Kami sepakat untuk memilih konsep pre wedding street photography dengan banyak fragmen untuk foto-foto kami.
Mungkin ada yang bertanya kenapa konsep fotografi pre wedding saya seolah tidak lazim, apakah saya hanya sekedar tampil beda atau ingin mencari perhatian? Tidak tentunya, ada prinsip hidup yang saya dan pasangan anut, ada semacam idealisme yang kami pegang dalam rentetan foto ini.
Kami berdua hanya tidak suka kepalsuan atau keindahan yang dibuat-buat.
Jujur, foto-foto pre wedding dengan cahaya berlebihan, warna-warni gemerlapan, baju-baju bagus, lokasi yang tampak ajaib, pose berdua yang begitu syahdu dan romantis bukanlah fragmen-fragmen foto yang kami inginkan. Kami hanya merasa foto-foto tersebut tidak akan bisa menggambarkan bagaimana sesungguhnya diri kami berdua.
Kami berdua adalah orang yang apa adanya, keindahan yang kami lihat adalah keindahan yang ada di depan mata bagaimanapun itu bentuknya, keindahan yang tak perlu dibuat-buat, keindahan adalah tentang keindahan yang ada di sekitar kami. Dan street photography mampu mengakomodasi ketidaksukaan kami akan kepalsuan itu, genre ini menyajikan apa yang direkam kamera dengan apa adanya.
Saya tidak ingin di foto di lokasi yang membahana dan ajaib. Saya hanya merasa lokasi foto terbaik bukanlah di pantai yang indah, di hutan dengan pohon tinggi dan sinar matahari menyeruak di sela-selanya atau bahkan di studio dengan cahaya gemerlap dan latar warna-warni.
Saya hanya ingin dipotret di lokasi yang biasa kami sambangi sehari-hari kelak. Di pasar tempat saya mengantar istri saya berbelanja kelak, di warung kopi di mana saya biasa nongkrong sehari-hari, di jalanan becek khas perkampungan yang biasa dilalui. Lokasi yang mungkin akan mewarnai kehidupan sehari-hari kami berdua di kemudian hari.
Mungkin saya hanya merasa demikianlah keindahan Indonesia yang sesungguhnya, bukan keindahan yang terlalu dibuat-buat. Bukankah keindahan adalah bagaimana tentang memaknai sesuatu, bukan tentang melihat pemandangan indah semata, tapi bersyukur tentang apa yang di depan mata. Jika demikian maka sesungguhnya di manapun tempatnya, di situlah ada keindahan. Keindahan adalah tentang bagaimana kita memandang suatu tempat, seperti apapun itu tempatnya, bukan soal menikmati tempat yang indah.
Dan di mata orang lain mungkin foto – foto ini akan terlihat sangat biasa-biasa saja.
Tapi buat kami, foto-foto ini luar biasa. Menggambarkan kesukaan kami berjalan-jalan ke sudut-sudut kota, mengambil momen bagaimana berinteraksi dengan orang-orang lokal, menikmati budaya dan heritage serta larut di dalamnya. Untuk kami, sampai saat ini kesederhanaan adalah kekayaan yang sesungguhnya.
Tomy begitu pintar merekam momen, ia hanya minta saya untuk natural dan menjadi diri sendiri. Tidak ada pose yang dibuat-buat, saya hanya perlu menuruti Tomy dengan berjalan-jalan sekeliling Glodok, di Gang Gloria dan Petak Sembilan. Semuanya terjadi begitu alami dan memang kealamian seperti inilah yang sesungguhnya kami inginkan.
Omong-omong soal lokasi foto di Glodok dan kenapa tiba-tiba terpikir di Glodok dengan segala kesemrawutannya adalah karena kami suka tempat ini. Bagi kami ini adalah oase, misalkan tiba-tiba saja kami berdua sering ke Es Kopi Tak Kie, tanpa alasan khusus. Menyeruput kopi dingin segar yang sudah melegenda sampai tiga generasi, menikmati suasananya, menikmati pengunjung bercengkerama. Kami merasa Glodok adalah gambaran tentang Jakarta yang sesungguhnya, manusianya, pertautan budayanya, riuh rendahnya dan segalanya, sesederhana itu saja.
Sesungguhnya saya ingin foto – foto ini juga sedikit merekam realita sosial di Jakarta, tak sekedar foto kami berdua. Kalau hanya foto kami berdua toh kami bisa melakukannya kapan saja, sambil lalu pun bisa. Mungkin sedikit terasa idealis, tapi sungguh kami ingin di foto kami ada suguhan bahwa di Jakarta ada tempat yang demikian menarik untuk ditelusuri, diamati secara budaya dan dinikmati sejarahnya, bukan hanya semacam pernyataan atau pertanyaan “Waaah bagus yaaa..” atau “Ini di mana siiiih??”.
Rasanya sudah terlalu banyak bercakap, silakan beberapa sajian foto pre wedding street photography a la kami, dari Gang Gloria Glodok, Petak Sembilan dan Tunnel Kota Tua. Semua foto diambil oleh Tomy Nurseta.
Tabik.
PS : Tomy Nurseta adalah seorang fotografer profesional, menguasai beragam genre fotografi mulai dari landscape, model sampai street photography. Kemauan Tomy untuk terus menerus belajar adalah keunggulan dirinya sebagai seorang fotografer, sekarang Tomy sedang menekuni Street Photography, sebuah genre yang menurutnya adalah genre yang paling menantang. Tomy adalah salah satu anak muda di Indonesia yang paling berbakat di dunia Street Photography.
Kemampuan fotografi Tomy sudah begitu tinggi ini memang sudah diakui, pergaulannya luas, klien-klien Tomy sangat banyak dan dari berbagai kalangan, mulai dari perusahaan besar, tokoh ternama sampai institusi pemerintah. Fotografi juga telah membawa Tomy keliling Indonesia untuk merekam beragam foto tentang Indonesia. Jika tertarik dengan karya-karya fotografinya atau tertarik berkolaborasi, portofolionya bisa disimak di TomyNurseta.com.
Terus jadinya difoto pakai kamera apa? Haha.
Tomy emang panutan sih, cihuy foto-fotonya.
pake Fuji X-T1 om arif..haha..terus pake Lensa Jadul, Konica Minolta.
wah belom belom mas acan udah mau berpaling,,, tuh tangan siapa yang bawa kresek tuh wahahaha.
Keren konsepnya 🙂
hahaha.. ((berpaling))
makasih alid. 🙂
Ah, ini rupanya hal-hal yang terjadi sebelum kalian muncul di Pasar Santa dengan sumringah itu. Selamat ya, kalian 🙂
haha..thanks senior! 😀
Bersenang-senanglah karena ini yang kan kita banggakan…
Mas Mas, itu banyak ornamen khas Cina mau dibuat apa yaa? Heheee…
hai kak! terima kasih ya…
itu ornamen China karena sedang di Klenteng..atau ornamen ya mana ya? 😀
Kereeen… Bagus, dan bener “tak ada yang dibuat-buat”… 😀
terima kasih.. 🙂
sederhana tapi kaya.
suka 2 foto yang terakhir 🙂
terima kasih kak noni. 🙂
Wuedyan…tapi iki analog, dab?
ora iki digital. Fuji X-T1.
waahh.. siap-siap menjelajahi perjalanan yabg lebih menantang! 😀
amin..maturunuwun mas zam! 🙂
Dari sekian foto yang dipajang di halaman ini, saya suka seri foto yang paling bawah. Menurut saya simpel dan leading lines nya sangat membantu untuk mencari point of interest dari foto-foto tersebut. Jadi terpikir juga, itu lokasi pemotretannya di mana ya? Hahaha. 😀
Anyway, semoga sukses untuk wedding planningnya mas Bro. 🙂
terima kasih mawi untuk doanya. 🙂
itu mungkin salah satu ciri street photography komposisi sederhana, leading lines. 🙂
lokasinya di Tunnel antar Stasiun Kota dan Museum Bank Mandiri.
Jangan bilang ntar aku prewednya pake Mas Tomy deh :))
langsung saja kontek Tomy-nyaa. dijamin puas. 🙂
Wah! Kereeeennn
Suka sekali dengan konsepnya yang sederhana, tapi luar biasa …
Selamat mempersiapkan diri menyambut hari H ya Farchan 😀
terima kasih mbak Dian. 🙂
Saya jadi mrenges-mrenges sendiri bacanya.
keren kaaaaak,natural banget fotonya gak kayak foto prewed kebanyakan yang dibuat-buat 😀
semoga dilancarkan semuanya ya
makasih rinta! 🙂
amin-amin-amin..
sukaaaaak ama foto2 dan konsepnya 😉 Beda, original, apa adanya 🙂
Aku sndiri ga punya foto2 prawedding mas… Pertama emg ga doyan foto2, kedua, ga diksh bokap dgn alasan, “belum muhrim ngapain kalian foto2 bedua gitu” hahahaha… ;p
selamat malam mbak. 🙂
terima kasih.
soal orisinalitas mungkin tidak orisinal, barangkali ada yang lebih dahulu ada. tapi saya hanya ingin menunjukkan foto yang sesuai jati diri. 🙂
Sukaaaa konsepnya… simple tapi romantis hehehe. Gambar yang di jembatan bawah tanah deket Bank Mandiri nya juga so sweet banget. 😀
terima kasih Mas Halim. 🙂
saya bungah ga keruan baca komen penjenengan.
aaahhh. selamat kak Ef,, kece sekali! selamat! 😀
terima kasih adlin! 🙂
waaaaa…. ini… tomyyy memang josss, aku suka semua foto tapi jk memilih 3 aku suka yang foto 1 kemudian foto di klenteng saat kalian berdua nengok atas dan foto ke tiga bw yang kalian liat ada orang di bawah 😀
selamat atas konsep dan eksekusi foto prewednya yang joss
selamat menempuh hidup baru
semoga barokah dan langgeng
*nytreeet ahhh 😀 😀 😀
duh ada fotografer yang komen. *tutup muka*
nek iki aku iri tenan ro dirimu, chan…
mas2 photografernya keren, model-e yo keren…
sepuluh jempol buat foto2nya… ~~nyilih jempole tanggane sek~~
makasih mbak tiw! 🙂
foto yang diambil di jembatan bawah tanah Kota Tua itu iconic banget mas, saya langsung ngeh meski cuma tampil sepotong.
barakallah ya untuk persiapannya mas 🙂
iya kins…itu mungkin salah satu spot paling iconic di Jakarta.
amin kin, semoga lekas menyusul. 🙂
Pinter yang motret Chan, kowe tambah ngganteng yes hahaha. Semoga bahagianya bukan hanya tertangkap lewat foto-foto di atas, tapi di kehidupan nyata-nya juga. Aamiin 🙂
amin mas adie..makasih atas doanya. 😀
tetep loh ada foto yang nunjuk, khas foto pre-wed :))
trus foto2 ini nanti diapain kalo udah pestanya?
fotonya dicetakin kakak..
sederhana tapi kaya, selamat mas Acan.
saya pengikut setia tulisan anda, semoga sukses kehidupan pasca nikahnya 😉
terima kasih nana. 🙂
amin atas doanya yang begitu manis.
[…] post Pre Wedding Street Photography By Tomy Nurseta appeared first on […]
keren mas farhan, mempunyai suatu prinsip emang perlu di perjuangkan, b ridar bilang “Farhan ki pancen dableq” he he…..#Sikap
makasih Mas Hafid..itu cuma bisa-bisanya ibu saja. 🙂
Barakallahu lakum, barakallah ‘alaykum, jami’a baynakuma fii khair….
Ndherek bingah nggih masbro, semoga dimudahkan segala sesuatunya…. 🙂
amin mas… 🙂
Wah.. sabtu ini aku juga mau foto di Tak Kie utk pre wed..
ih seru bener ya 🙂
waaaah! 🙂
pasti menarik foto di Tak Kie…beda.
wah keren-keren mas fotonya , sangat kreatif
terima kasih mas..credit to the photographer.