TOMY7083.resized

Dari dahulu saya selalu membayangkan kelak foto pre wedding saya adalah diambil pasar, dengan format hitam putih dan dipotret dengan kamera analog. Saya membayangkan fragmen-fragmen dalam foto akan sangat menarik, tidak akan menceritakan foto berdua, namun juga foto orang-orang yang hidup di sekitar kami, akan kami temui dan mungkin juga kehidupan yang akan kami tempuh berdua.

Ketika mendekati pernikahan saya sadar mungkin tidak bakal ada foto pre wedding karena mepetnya waktu persiapan. Tapi untunglah ada seorang Tomy Nurseta yang kemudian bersedia membantu saya mewujudkan sedikit mimpi saya tadi. Dipotret oleh seorang Tomy Nurseta adalah kehormatan dan kebanggan bagi kami berdua, Tomy adalah seorang fotografer bermata jeli, belajar foto dengan serius dan menguasai berbagai genre, berbeda dengan saya yang hanya berakhir sebagai pemilik kamera. Kami sepakat untuk memilih konsep pre wedding street photography dengan banyak fragmen untuk foto-foto kami.

Mungkin ada yang bertanya kenapa konsep fotografi pre wedding saya seolah tidak lazim, apakah saya hanya sekedar tampil beda atau ingin mencari perhatian? Tidak tentunya, ada prinsip hidup yang saya dan pasangan anut, ada semacam idealisme yang kami pegang dalam rentetan foto ini.

Kami berdua hanya tidak suka kepalsuan atau keindahan yang dibuat-buat.

Jujur, foto-foto pre wedding dengan cahaya berlebihan, warna-warni gemerlapan, baju-baju bagus, lokasi yang tampak ajaib, pose berdua yang begitu syahdu dan romantis bukanlah fragmen-fragmen foto yang kami inginkan. Kami hanya merasa foto-foto tersebut tidak akan bisa menggambarkan bagaimana sesungguhnya diri kami berdua.

Kami berdua adalah orang yang apa adanya, keindahan yang kami lihat adalah keindahan yang ada di depan mata bagaimanapun itu bentuknya, keindahan yang tak perlu dibuat-buat, keindahan adalah tentang keindahan yang ada di sekitar kami. Dan street photography mampu mengakomodasi ketidaksukaan kami akan kepalsuan itu, genre ini menyajikan apa yang direkam kamera dengan apa adanya.

Saya tidak ingin di foto di lokasi yang membahana dan ajaib. Saya hanya merasa lokasi foto terbaik bukanlah di pantai yang indah, di hutan dengan pohon tinggi dan sinar matahari menyeruak di sela-selanya atau bahkan di studio dengan cahaya gemerlap dan latar warna-warni.

Saya hanya ingin dipotret di lokasi yang biasa kami sambangi sehari-hari kelak. Di pasar tempat saya mengantar istri saya berbelanja kelak, di warung kopi di mana saya biasa nongkrong sehari-hari, di jalanan becek khas perkampungan yang biasa dilalui. Lokasi yang mungkin akan mewarnai kehidupan sehari-hari kami berdua di kemudian hari.

Mungkin saya hanya merasa demikianlah keindahan Indonesia yang sesungguhnya, bukan keindahan yang terlalu dibuat-buat. Bukankah keindahan adalah bagaimana tentang memaknai sesuatu, bukan tentang melihat pemandangan indah semata, tapi bersyukur tentang apa yang di depan mata. Jika demikian maka sesungguhnya di manapun tempatnya, di situlah ada keindahan. Keindahan adalah tentang bagaimana kita memandang suatu tempat, seperti apapun itu tempatnya, bukan soal menikmati tempat yang indah.

Dan  di mata orang lain mungkin foto – foto ini akan terlihat sangat biasa-biasa saja.

Tapi buat kami, foto-foto ini luar biasa. Menggambarkan kesukaan kami berjalan-jalan ke sudut-sudut kota, mengambil momen bagaimana berinteraksi dengan orang-orang lokal, menikmati budaya dan heritage serta larut di dalamnya. Untuk kami, sampai saat ini kesederhanaan adalah kekayaan yang sesungguhnya.

Tomy begitu pintar merekam momen, ia hanya minta saya untuk natural dan menjadi diri sendiri. Tidak ada pose yang dibuat-buat, saya hanya perlu menuruti Tomy dengan berjalan-jalan sekeliling Glodok, di Gang Gloria dan Petak Sembilan. Semuanya terjadi begitu alami dan memang kealamian seperti inilah yang sesungguhnya kami inginkan.

Omong-omong soal lokasi foto di Glodok dan kenapa tiba-tiba terpikir di Glodok dengan segala kesemrawutannya adalah karena kami suka tempat ini. Bagi kami ini adalah oase, misalkan tiba-tiba saja kami berdua sering ke Es Kopi Tak Kie, tanpa alasan khusus. Menyeruput kopi dingin segar yang sudah melegenda sampai tiga generasi, menikmati suasananya, menikmati pengunjung bercengkerama. Kami merasa Glodok adalah gambaran tentang Jakarta yang sesungguhnya, manusianya, pertautan budayanya, riuh rendahnya dan segalanya, sesederhana itu saja.

Sesungguhnya saya ingin foto – foto ini juga sedikit merekam realita sosial di Jakarta, tak sekedar foto kami berdua. Kalau hanya foto kami berdua toh kami bisa melakukannya kapan saja, sambil lalu pun bisa. Mungkin sedikit terasa idealis, tapi sungguh kami ingin di foto kami ada suguhan bahwa di Jakarta ada tempat yang demikian menarik untuk ditelusuri, diamati secara budaya dan dinikmati sejarahnya, bukan hanya semacam pernyataan atau pertanyaan “Waaah bagus yaaa..” atau “Ini di mana siiiih??”.

Rasanya sudah terlalu banyak bercakap, silakan beberapa sajian foto pre wedding street photography a la kami, dari Gang Gloria Glodok, Petak Sembilan dan Tunnel Kota Tua. Semua foto diambil oleh Tomy Nurseta.

Tabik.

PS : Tomy Nurseta adalah seorang fotografer profesional, menguasai beragam genre fotografi mulai dari landscape, model sampai street photography. Kemauan Tomy untuk terus menerus belajar adalah keunggulan dirinya sebagai seorang fotografer, sekarang Tomy sedang menekuni Street Photography, sebuah genre yang menurutnya adalah genre yang paling menantang. Tomy adalah salah satu anak muda di Indonesia yang paling berbakat  di dunia Street Photography.

Kemampuan fotografi Tomy sudah begitu tinggi ini memang sudah diakui, pergaulannya luas, klien-klien Tomy sangat banyak dan dari berbagai kalangan, mulai dari perusahaan besar, tokoh ternama sampai institusi pemerintah. Fotografi juga telah membawa Tomy keliling Indonesia untuk merekam beragam foto tentang Indonesia. Jika tertarik dengan karya-karya fotografinya atau tertarik berkolaborasi, portofolionya bisa disimak di TomyNurseta.com.

TOMY7077.resized

TOMY7089 verse 2.resized

TOMY7094.resized

TOMY7101.resized

TOMY7104(1).resized

TOMY7105.resized

TOMY7106.resized

TOMY7107.resized

TOMY7108.resized

TOMY7111.resized

TOMY7134.resized

TOMY7135.resized

TOMY7136.resized

TOMY7138.resized

TOMY7147.resized

TOMY7148.resized

TOMY7185.resized

TOMY7188.resized

TOMY7189.resized

TOMY7190.resized

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

51 KOMENTAR

  1. Dari sekian foto yang dipajang di halaman ini, saya suka seri foto yang paling bawah. Menurut saya simpel dan leading lines nya sangat membantu untuk mencari point of interest dari foto-foto tersebut. Jadi terpikir juga, itu lokasi pemotretannya di mana ya? Hahaha. 😀

    Anyway, semoga sukses untuk wedding planningnya mas Bro. 🙂

    • terima kasih mawi untuk doanya. 🙂
      itu mungkin salah satu ciri street photography komposisi sederhana, leading lines. 🙂
      lokasinya di Tunnel antar Stasiun Kota dan Museum Bank Mandiri.

  2. sukaaaaak ama foto2 dan konsepnya 😉 Beda, original, apa adanya 🙂

    Aku sndiri ga punya foto2 prawedding mas… Pertama emg ga doyan foto2, kedua, ga diksh bokap dgn alasan, “belum muhrim ngapain kalian foto2 bedua gitu” hahahaha… ;p

    • selamat malam mbak. 🙂

      terima kasih.
      soal orisinalitas mungkin tidak orisinal, barangkali ada yang lebih dahulu ada. tapi saya hanya ingin menunjukkan foto yang sesuai jati diri. 🙂

  3. waaaaa…. ini… tomyyy memang josss, aku suka semua foto tapi jk memilih 3 aku suka yang foto 1 kemudian foto di klenteng saat kalian berdua nengok atas dan foto ke tiga bw yang kalian liat ada orang di bawah 😀
    selamat atas konsep dan eksekusi foto prewednya yang joss
    selamat menempuh hidup baru
    semoga barokah dan langgeng

    *nytreeet ahhh 😀 😀 😀

  4. nek iki aku iri tenan ro dirimu, chan…

    mas2 photografernya keren, model-e yo keren…

    sepuluh jempol buat foto2nya… ~~nyilih jempole tanggane sek~~

  5. foto yang diambil di jembatan bawah tanah Kota Tua itu iconic banget mas, saya langsung ngeh meski cuma tampil sepotong.
    barakallah ya untuk persiapannya mas 🙂

  6. Pinter yang motret Chan, kowe tambah ngganteng yes hahaha. Semoga bahagianya bukan hanya tertangkap lewat foto-foto di atas, tapi di kehidupan nyata-nya juga. Aamiin 🙂

  7. keren mas farhan, mempunyai suatu prinsip emang perlu di perjuangkan, b ridar bilang “Farhan ki pancen dableq” he he…..#Sikap

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here