IMG_2351

Nun, lima abad lalu dalam hembus angin dan debu kencang ombak Selat Malaka, Pati Unus sedang menatap garang ke depan, seluruh armada dan pasukannya dalam keadaan siaga menunggu aba-aba. Ribuan pasukan dari Jawa ini tegak menguatkan hati, dalam hati mereka hanya ada satu kata, Syahid. Sementara di balik kabut tipis tampak garis pantai, lamat-lamat tampak garis benteng pelindung kota tegak di puncak dan ombak pun makin bergejolak seiring detak jantung ribuan pasukan yang makin menghebat. Ribuan pasukan dan ratusan kapal ini hendak menerjang satu kota, Malaka.

Di seberang kabut, dalam kukuhnya benteng, jika kabut tersingkap tampak Mayor Kota Melaka sedang berhitung nyali. Serdadu-serdadu Portugis sama juga, mereka bersiap menerima gempuran maha dahsyat dari arah laut. “Pate Unus  – Pate Unus – Pate Unus” begitu gumam si Mayor. Dinding benteng gemeretak, begitupun hati para pasukan Portugis yang hatinya sudah penuh rosario.

Tak berapa lama perang meletus, deru mesiu meriam menggelegar. Tiga ratus kapal perang diadu dengan segaris benteng kukuh di puncak bukit Malaka. Lalu langit senada api, laut biru berubah jadi merah darah dan desau angin menjelma menjadi teriakan penuh putus asa dan kesakitan. Malaka menjadi samudera api dan darah.

Menelusur Jejak Perang Besar Malaka

Saya mendadak teringat relik sejarah perang besar ini ketika tiba di Malaka. Kisah-kisah di atas tadi erus terngiang di kepala ketika menginjakkan kaki di Malaka. Walau kelak sejarah mencatat, Pati Unus gugur dalam pertempuran Selat Malaka ini, sementara walau Malaka tak mampu ditaklukkan tapi menderita kerugian besar-besaran. Dari ingatan tentang perang besar yang oleh Pati Unus ditahbiskan sebagai Ekspedisi Jihad tiba-tiba menggelayut selama di Malaka dan akhirnya berujung pada pencarian sisa-sisa perang besar yang masih tertingal.

Malaka adalah kota besar yang dipengaruhi banyak bangsa, pertumbuhan kotanya selaras dengan siapa yang dulu menduduki Malaka di era kolonial. Tapi ketika perang besar itu pecah, Portugis-lah yang memerintah. Sejak tahun 1511 ketika rombongan penakluk dari Goa yang dimpimpin oleh penakluk agung bangsa Portugis, Alfonso d’Alburqueque datang dan menduduki Malaka maka sejak itu pula Portugis tak bisa dilepaskan dari kisah muasal Malaka menjadi kota yang yang besar.

Penelusuran tentang jejak perang besar ini menuntun saya ke reruntuhan benteng A Famosa, tak jauh dari kompleks Stadhuis dan bangunan merah Melaka. Tak banyak turis yang tahu bahwa bangunan tua yang sekarang tinggal reruntuhan itu adalah saksi dari salah satu perang besar lima abad silam. Sementara turis lain berlarian di lorong-lorong A Famosa yang ramai, saya justru menatap dalam-dalam ornamen-ornamen khas Eropa di Abad Pertengahan yang terukir di tembok rapuh sisa-sisa benteng A Famosa.

A Famosa berarti kemasyhuran, benteng kukuh ini dibangun segera setelah okupansi Alfonso d’Alburqueque pada 1511. Segera setelah Malaka tunduk pada Portugis, benteng ini kemudian dibangun dan membentengi Malaka. Kelak dari dalam benteng inilah kemudian  Portugis mengontrol penuh Malaka dan mengamankan jalur rempah-rempah Portugis yang membentang dari timur Indonesia, Jawa, Cina, Jepang sampai Goa, India.

IMG_2349

Layaknya benteng Eropa di abad pertengahan, benteng ini dibangun mengeilingi kota. Dengan bastion-bastion besar, benteng ini adalah benteng terbesar di Semenanjung Malaya kala itu. Portugis memang membangun benteng ini dengan agung, mereka tahu Malaka tak akan lepas dari serangan dari waktu-waktu. Dan itu benar, tak hanya peperangan besar antara Pati Unus dengan Portugis lima abad lampau yang tercatat sejarah, Malaka dalam alur sejarahnya berkali-kali digempur baik oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ataupun bangsa Eropa imperialis lainnya.

Konon penyerbuan Pati Unus terhadap Portugis di Malaka adalah perang terbesar di Asia Tenggara pada masanya. Pati Unus dengan ribuan pasukan yang merupakan gabungan dari prajurit-prajurit terpilih dari kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara, seperti Demak, Banten, Cirebon, Riau sampai kesultanan Islam di Semenanjung Malaya yang diperkuat dengan 300 kapal perang buatan Kesultanan Ternate dan Gowa. Yang dilawan adalah serdadu-serdadu Portugis yang berlindung di Malaka, di balik benteng yang sudah dipenuhi moncong meriam.

Lamanya perang simpang siur, beberapa sumber mengatakan bahwa perang ini berlangsung sampai berbulan-bulan. Armada gabungan kesultanan-kesultanan Islam ini pun tak mampu menaklukkan A Famosa di era itu. Justru peluru meriam yang dimuntahkan dari benteng mengenai kapal Pati Unus dan menyebabkan Raja Demak ini gugur di medan laga. Ini yang membuat kemudian pihak Demak menarik mundur pasukan sehingga peperangan berakhir.

Mundurnya armada Demak ini tak lain karena gugurnya Pati Unus juga karena tikaman dari dalam mengingat ada teori yang mengatakan bahwa sebagian dari pasukannya berkhianat dan membelot ke pihak Portugis. Maka hasil perang ini bisa ditebak, Portugis tetap menguasai Malaka, namun cerita keberanian Pati Unus ini lantas diceritakan turun – temurun, kelak orang-orang jawa mengenal Pati Unus lantas sebagai Pangerang Sabrang Lor atau Pangeran yang menyeberang ke utara, merujuk pada ekspedisi penyerbuannya ke Malaka.

Reruntuhan A Famosa

Seharusnya benteng ini dulu megah sekali, tapi yang sekarang tiada sisa-sisa kemegahannya. Padahal dulu benteng ini sangat strategis dan bisa mengawasi seluruh Melaka. Dari benteng inilah lima abad lalu Mayor Kota Malaka menghadang pasukan Pati Unus dan seterusnya menahan gempuran pasukan Aceh, Johor dan Demak. Teknik rancang bangun bangsa Portugis-lah yang lantas menjadi kunci kukuhnya benteng ini.

Berdasarkan peta kuno Malaka, benteng ini berada di tepi muara sungai dan garis pantai Malaka. Walau begitu lokasi benteng ini tidak menjorok, terlindungi garis pantai dan muara. Lokasinya cocok sebagai benteng pengintai karena terletak di ketinggian, selain itu benteng ini didesain agar Portugis mudah mengontrol area kota sekaligus mengawasi daerah lepas pantai dan selat Malaka. Andai tidak terhalang bangunan-bangunan baru yang sekarang makin sibuk mengepung Malaka, mungkin dari reruntuhan A Famosa saya bisa melepaskan pandangan melihat Malaka seperti apa yang dilihat Alfonso d’Alburqueque dulu.

Stad_en_Kasteel_Malacca
Peta Malaka di bawah kekuasaan Belanda.

Pada beberapa eskavasi lanjutan ditemukanlah parit pelindung benteng, serta beberapa pondasi dari bastion – bastion besar yang dulunya menjadi bagian dari benteng ini. Persis dengan konstruksi benteng-benteng di Eropa jama pertengahan yang besar, kukuh dan rumit. Konon benteng ini dibangun dengan cepat karena Alfonso d’Alburqueque ingin segera menyelesaikan benteng ini sebelum adanya penyerbuan dari kesultanan lain ke Malaka.

Konon menurut cerita, Alfonso d’Alburqueque kemudian memerintahkan ribuan budak menyelesaikan A Famosa. Sesuai strukturnya ada menara-menara, rumah sakit, gudang amunisi dan gereja. Terbayang betapa besarnya A Famosa di masa lalu. Hanya Benteng A Famosa sekarang hanyalah menyisakan reruntuhan kecil dan menjadi area sekitarnya menjadi ruang terbuka untuk publik, ramai sekali yang datang. Benteng ini memang hanya tinggal puing dan itulah bagian dari benteng yang selamat dari kehancuran.

Kisah benteng ini memang cukup ironis, sudah melindungi Malaka selama kurang lebih tiga abad sebelum akhirnya Inggris datang dan meratakan benteng ini pada abad ke – 19 melalui Gubernur Jenderal Pahang. Benteng ini tampaknya akan rata dengan tanah sampai akhirnya Sir Thomas Stamford Raffles menyelamatkan benteng ini dari kehancuran dengan memerintahkan penghentian penghancuran A Famosa dan menyisakan reruntuhan bangunan yang masih tersisa sampai sekarang.

Di siang yang gantang saya menatap reruntuhan Benteng A Famosa yang masih tersisa, Porta de Santiago – pintu Santiago. Ini adalah satu dari empat gerbang dari A Famosa yang tersisa. Reruntuhan yang sebenarnya cukup menyedihkan karena dari benteng yang begitu besar dan hampir melindungi seluruh Kota Malaka sekarang hanya tersisa reruntuhan pintu gerbangnya saja. Konon sebelumnya ada empat pintu masuk benteng, dan Porta de Santiago ini salah satunya.

IMG_2352

Namun dari reruntuhan A Famosa ada beberapa cerita yang menarik. Saya menuju bagian depan, tampak pada pintu gerbang terdapat ornamen yang masih kentara dilihat dengan mata telanjang walau sebenarnya ornamen tersebut sudah susah payah menahan gempuran zaman yang mengikisnya perlahan.

Saya mendongakkan kepala untuk melihat ornamen pertama yang tepat berada di lengkung pintu gerbang. Ornamen tersebut dibuat oleh Belanda setelah mereka mengambil alih Malaka dari tangan Portugis. Belanda memang pernah menaklukkan Malaka dengan bantuan dari Kesultanan Johor dan Aceh. Lantas Malaka menjadi tanah kekuasaan kongsi dagang Belanda, kemudian pada 1670 Belanda merenovasi A Famosa sembari memberi ignisia berupa tulisan Anno 1670 pada lengkung pintu gerbang Porta de Santiago.

Lalu masih Iengkungan itu juga persis di tengah lengkungan terdapat ornamen topeng, sekilas tampak seperti topeng-topeng Suku Inca. Di atas lengkungan gerbang terdapat ornamen yang dikatakan adalah simbol kongsi dagang Hindia Belanda jaman dahulu.

Beruntung juga Raffles memerintahkan penghancuran benteng ini dihentikan ketika Malaka menjadi koloni Inggris. Sosok ini memang mencintai sejarah dan tak ingin jejak sejarah bangsa Portugis musnah. Setidaknya bagian dari A Famosa ini, Porta de Santiago yang konon adalah karya arsitektur Eropa pertama di Asia Tenggara masih bisa terselamatkan. Bayangkan jika reruntuhan benteng ini juga dihancurkan maka bangunan yang begitu berharga ini bisa musnah dan tak ada lagi bukti konstruksi fisik di era awal penaklukkan Portugis di Malaka.

IMG_2360

A Famosa Sekarang

Ketika di A Famosa akhirnya saya bisa melihat bagaimana sisa-sisa kejayaan Portugis di Malaka dan juga merekonstruksi cerita sejarah tentang Pati Unus. Meraba dinding tebalnya, saya seolah merasakan getar-getar sejarah yang pernah direkam benteng ini.

Maka saya lantas melihat ke arah laut dari Porta de Santiago. Barangkali arah pandang saya juga adalah arah pandang pasukan Portugis lima abad lalu yang menghadang serbuan Pasukan Pati Unus.   Dari Porta de Santiago saya kemudian sedikit mendaki bukit di belakang, tak jauh dari Gereja St. Paul yang terletak di puncak bukit. Dari sinilah saya membayangkan bagaimana dulu A Famosa berdiri gagah mengelilingi Malaka.

Sekarang A Famosa menjadi salah satu bangunan sejarah populer di Malaka dan masuk ke dalam jalur Heritage Trails di Malaka. Sisa – sisa Porta de Santiago benar-benar dijaga oleh Pemerintah Kota Malaka. Padanya diberi taman-taman yang cantik dan konstruksi diperkukuh dengan besi penahan, bangunan lima abad ini harus dijaga karena sejarah panjangnya.

Tapi buat saya ini tak hanya soal reruntuhan benteng tua Portugis. Benteng A Famosa adalah tempat ziarah di mana saya menemukan keping sejarah Pati Unus di masa lalu, ada untaian sejarah yang tersambung, tak hanya semata membayangkan kegagahan Pati Unus dari cerita sejarah saja. Dan ketika saya akhirnya meninggalkan A Famosa, saya bisa bilang bahwa saya sangat bersyukur bisa mengunjungi A Famosa.

Tabik.

Post Scriptum.

Sumber Tulisan : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

Sumber foto : Wikipedia Commons.

Keterangan.

1. Pasca Pati Unus, Malaka diserbu besar-besaran di era Ratu Kalinyamat. Ratu ini kemudian oleh Portugis dikenal sebagai Rainha de Jepara, Senora Pade Rosa se Rica / Ratu dari Jepara, dengan segala kekuatan dan kemakmurannya. Dikutip dari Da Asia, Diego Couto, 1645.

2. Pati Unus oleh Portugis dieja sebagai Pate Unus atau Pate Unos, ini sesuai magnum opus Summa Oriental karangan penjelajah Tome Pires. Catatan ini adalah catatan di Malaka sekitar tahun 1512 – 1515

3. A Famosa jika di peta kuno Portugis disebut sebagai Fortaleza Malacca.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

10 KOMENTAR

  1. Pada saat itu, Pati Unus dan pasukannya apakah sudah berpengalaman menyerang sebuah benteng pertahanan?sedangkan bangsa Eropa sendiri sudah berpengalaman bertahan dalam benteng. Mungkin taktik dan strategi sangat menentukan hasil perangnya ya, meski jumlah pasukan Pati Unus sangat banyak. Eh btw saat itu Pati Unus jg belum punya meriam ya?

    • satu hal.. Demak kalah di artileri dan melupakan serangan darat.
      tapi kelak di serangan oleh Ratu Kalinyamat, beberapa bagian Malaka terebut dan Portugis mengalami kerugian yang cukup banyak.

    • betul mas…Malaka, Macau memang satu koloni Portugis di jaman dahulu.
      Benteng Portugis yang saya tahu ada beberapa, di Jepara, Fort Belgica di Banda Neira dan Benteng Tolukka di Ternate..

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here