DSC_0598
Di depan KL City Gallery. Dataran Merdeka.

Saya kesulitan untuk membuka tulisan ini karena bahkan sebelum menulis saya sudah terjebak dalam nuansa sentimentil yang sangat subjektif. Siapa sih yang tidak akan sentimentil ketika menulis tentang orang-orang yang tersayang dalam hidup mereka? Saya kira tak ada. Maka maafkan saya jika dalam huruf demi huruf, kata demi kata dan paragraf demi paragraf berikutnya ada semacam aroma melankolis yang terkandung di dalamnya. Itu semua karena saya sedang menulis tentang seseorang yang saya sayangi, ya, tulisan ini semuanya tentang ibu saya.

Februari ini seharusnya bulan yang membahagiakan untuk ibu saya, 53 tahun yang lalu ibu lahir ke dunia dan kemudian ditakdirkan menjadi ibu bagi saya dan adik saya. Maka, seperti biasanya di bulan Februari saya dan adik saya bermufakat untuk memberikan hadiah untuk merayakan ulang tahunnya. Biasanya kami sekeluarga akan pergi bertiga, makan bersama, syukuran sederhana dan kemudian memberi hadiah untuk ibu kami. Tapi, tahun kemarin, adik saya ingin memberikan hadiah yang lain daripada yang lain, dia ingin kami bertiga jalan-jalan keluar negeri untuk merayakan ulang tahun ibu kami. Setelah mencari tiket yang pas, ya pas di waktu dan pas di kantong, akhirnya Februari tahun ini kami bisa memberikan hadiah ulang tahun yang semoga istimewa dan bisa dikenang oleh ibu saya.

Setelah saya bekerja dan alhamdulillah memiliki sedikit rejeki berlebih, saya memang kemudian cukup sering mengajak keluarga bervakansi. Dan beberapa kali pula saya menawarkan ibu jalan-jalan keluar negeri, tapi ibu selalu menolak, takut uang saya habis hanya untuk bersenang-senang. Tapi akhirnya setelah bujuk rayu dan negosiasi yang lama, akhirnya baru tahun ini terlaksana, ini pertama kalinya ibu keluar negeri dan mungkin pertama kalinya ibu melakukan perjalanan udara.

Di lebih setengah abad usianya, ibu baru kemarin ini keluar negeri. Setengah abad hidup ibu lebih untuk mengabdi, ya mengabdi untuk agamanya, murid-muridnya dan anak-anaknya, jarang sekali beliau menyenangkan diri sendiri, bagi beliau arti kesenangan adalah jika beliau bisa menyenangkan orang lain. Dan sejak 12 tahun yang lalu kami memang hanya tinggal bertiga, kami ditinggal bapak kami ke alam barzah ketika saya masih SMP dan adik saya baru masuk SD. Mungkin sejak itu, ibu bekerja 2 kali lebih keras, kami tahu sejak bapak meninggal kami tidak selalu bisa makan enak, piknik seminggu sekali jadi berkurang menjadi sebulan sekali, lalu setahun sekali kemudian tidak pernah sama sekali.

Saya menjadi saksi bagaimana kemudian ibu banting tulang 2 kali lebih keras menghidupi kami berdua, anak-anaknya yang kadang atau malah sering tidak tahu diri dan sering merepotkan. Ibu menjalani 2 peran, sebagai bapak dan sebagai ibu, lalu ibu menjalani 2 pekerjaan yang sama-sama berat, sebagai guru dan sebagai petani. Kadang ada sedikit sesal, ada rasa bahwa mungkin saya kurang ajar, ibunda yang mengenalkan kami berdua pada dunia, tapi malah kami berdua baru bisa mengenalkan dunia yang sesungguhnya ketika usia ibu sudah lewat setengah abad.

Hampir Gagal Berangkat

Ketika ibu mengiyakan, akhirnya saya pun memesan tiket untuk kami bertiga. Adalah Air Asia yang saya pilih, karena fleksibilitas jadwal dan rute yang dekat dengan rumah. Jogja – Kuala Lumpur pulang pergi, 4 hari liburan, rasanya tak sabar menunggu saat jalan-jalan tiba. Cuti sudah saya ambil, adik sayam Kiki juga sudah mengajukan izin  untuk tidak masuk kuliah, bahkan ibu saya sudah siap-siap seminggu sebelum keberangkatan. Semua sepertinya akan sangat sempurna.

Lalu, 2 hari menjelang keberangkatan kami tampaknya harus bersabar. Gunung Kelud meletus, abunya terbang sampai ke barat, Adisucipto ditutup dan semua penerbangan dari dan ke Jogja dibatalkan sampai kurun waktu yang tak bisa ditentukan. Saya bingung, adik bingung tapi tidak dengan ibu saya, ibu hanya bilang “Yasudah ndak apa-apa, belum rejekinya”. Tiba-tiba saya masygul luar biasa, dibalik perkataannya saya yakin ibu sedih luar biasa, saya memergoki beliau terdiam memandang tas berisi pakaian yang sudah ditata, hendak dibongkar karena mungkin ibu merasa liburan ini akan dibatalkan.

Tak ingin liburan ini batal, saya segera ke bandara Adisucipto. Bandara penuh debu, abu-abu. Riuh dengan penumpang yang menukar tiket atau mereka yang kebingungan karena penerbangannya batal. Saya urus perubahan dari penerbangan hari Senin, 17 Februari 2014 menjadi Selasa, 18 Februari 2014 seperti pengumuman pembukaan bandara Adisucipto seperti pengumuman resmi dari Angkasa Pura. Sekali lagi semua tampak akan sempurna.

Senin malam, saya hendak beranjak tidur, waktu sudah jam 21.00 WIB ketika tiba-tiba ada email masuk dari Air Asia. Pembatalan penerbangan Selasa, duh cilaka dua belas! Kenapa pengumuman selarut itu. Sebelumnya saya memang sudah mengantisipasi dengan meminta adik saya yang sedang di Jogja untuk cek informasi ke bandara, kata adik saya semua simpang siur, ada yang bilang Selasa Adisucipto sudah buka, ada yang bilang belum jelas. Tapi semua sudah terlambat, mencoba telepon contact centre hasilnya sia-sia, tidak ada nomor yang bisa dihubungi, semua sibuk. Sampai saya menelepon contact centre di Malaysia, semua nihil, tidak jua diangkat. Dalam kekalutan saya mencoba tenang, mencoba mentwit Air Asia di twitter, tapi sama saja.

Saya mahfum, mungkin tak hanya saya yang panik, dalam kondisi seperti ini, mungkin semua juga panik. Saya dalam keadaan putus asa, saya hanya ingin membahagiakan ibu saya, tapi rupanya situasinya demikian pelik. Rasa-rasanya apa yang dilakukan sia-sia, sudah memundurkan jadwal, tapi tetap juga batal. Tapi saya maklumi, tidak ada yang bisa disalahkan, semua sudah berjalan sesuai takdir masing-masing.

Selasa tanggal 18 Februari saya sudah berangkat ke Bandara Adisucipto pagi-pagi sekali. Lagi-lagi urus perubahan jadwal penerbangan. Untungnya pagi itu konter tiket Air Asia masih sepi, tidak perlu antri. Tapi masalah kemudian ada lagi, jadwal penerbangan untuk tanggal 19 dan 20 Februari semua sudah penuh. Hanya ada tanggal 21 Februari, berarti berangkat jumat. Tanpa pikir panjang saya iyakan, walaupun itu berarti saya harus cari penginapan dalam waktu singkat, karena penginapan sebelumnya sudah saya batalkan, yang penting berangkat dulu. Kemudian saya harus potong gaji karena cuti saya sudah habis sebelumnya. Cuti yang sudah saya ambil sudah habis karena jadwal penerbangan mundur. Tapi tak apa, demi ibunda, potong gaji rasanya hanya seperti upil yang mengganjal dan harus segera dibuang, tidak ada artinya.

Untung Allah Maha Baik, teman pasangan blogger ternama, Mbak Olen dan suaminya Puput menawarkan kami untuk tinggal di apartemennya di Kuala Lumpur. Alhamdulillah. Untungnya pihak guesthouse yang saya batalkan juga mengerti kesulitan kami. Setiap hari saya memang mengirim email ke guesthouse tentang perkembangan kondisi bandara dan keberangkatan kami. Segera saya telepon atasan saya, urus penambahan cuti.

Siangnya, selepas dari bandara saya kabarkan tentang kepastian keberangkatan tersebut kepada ibu, dan bahwasanya melihat senyum ibu terlihat sangat lepas, saya tahu bahwa dia pasti sangat bahagia, saya-pun demikian. Segera saya pulang dengan kelegaan luar biasa, tentunya tidak ada yang lebih bahagia selain bisa membahagiakan ibu tercinta.

Bg-xOLKCcAAwFHu
Menjelang Take Off di Bandara Adisucipto

Penerbangan Pertama Kali

Jumat 21 Februari, akhirnya kami sekeluarga bisa berangkat juga ke Kuala Lumpur dengan Air Asia AK 1325. Pilihan ke Kuala Lumpur adalah pilihan terlogis, itupun setelah saya berembuk dengan adik saya. Setidaknya kami bisa bertiga tidak perlu memikirkan makanan halal-haram, tidak perlu bingung jika hendak menunaikan shalat 5 waktu. Untuk perjalanan perdana tersebut saya memang sebisa mungkin membuatnya mudah untuk ibunda.

Proses di Bandara Adisucipto semua saya dampingi, mulai dari check in, scan bagasi sampai ke imigrasi. Saya hanya bilang agar ibu tidak grogi saat di imigrasi. Syukurlah semuanya lancar dan kami bersiap take off menuju Kuala Lumpur. Di pesawat adik saya yang mendampingi ibu. Karena kesalahan pada saat reschedule, kursi kami terpisah. Kata adik ketika take off ibu sedikit gemetar, wajar karena baru pertama kali, namun setelah terbang, ibu mulai rileks dan menikmati perjalanan.

Dalam penerbangan, kami bertiga hanya ngobrol dan bercanda. Di sela penerbangan, saya bersyukur semuanya lancar dan akhirnya kami bertiga benar-benar bisa berangkat vakansi. Maka ketika melihat ibu sudah tidak tegang ketika di atas pesawat, maka saya putuskan untuk tidur sebentar di pesawat.

Hawa cukup panas dan kemuning memenuhi langit, tampaknya matahari sudah akan menggelincir ketika pesawat kami landing di LCCT. Kami bertiga segera menyelesaikan proses di bandara, saya sedikit cemas ketika proses ibu agak lama di imigrasi, takut kenapa-kenapa, syukurlah tidak ada masalah dan kami pun melenggang keluar bandara lantas menuju Kuala Lumpur.

Impresi Kuala Lumpur

“Piye to kui kog lek do nggo jilbab aneh to? Lengen cendhak tapi jilbaban, tur warnane nabrak-nabrak”

Itu kata-kata pertama yang muncul dari ibu ketika tiba di Stasiun KL Sentral. Saya dan Kiki hanya terkikik menahan geli. Apa yang dikomentari ternyata bukan soal bagusnya interior, tapi soal gaya berpakaian muslimah di Malaysia. Pas pertama kali ke Malaysia, saya pun demikian, heran dan bingung dengan busana muslimah disana, pakai jilbab tapi atasannya lengan pendek. Perbedaan yang cukup mencolok dalam berpakaian ini memang cukup membuat ibu terheran-heran setengah mati.

Sepanjang perjalanan menuju apartemen Mas Puput dan Mbak Olen, ibu kagum dengan pesatnya Kuala Lumpur. Dia mengutarakan rasa kagumnya sejak naik kereta dari LCCT sampai KL Sentral dengan KLIA Ekspress. Sampai betapa efisiennya LRT yang menghubungkan antara kawasan residen dan pusat kota Kuala Lumpur. Kata ibu saya, beruntung orang Kuala Lumpur, tidak perlu berkelahi dengan kemacetan di jalan. Kami tiba di apartemen saat malam sudah datang, dijemput Mas Puput, Mbak Olen dan putranya yang ganteng, Oliq.

DSC_0099
Ibu dan Kiki, di dalam gondola Genting Highland

Hari berikutnya, kami menjelajah Kuala Lumpur. Atas saran Mas Puput kami menuju Genting Highland, yang ternyata tidak terlalu jauh jika ditempuh dari apartemen. Setelah naik shuttle bus dari resort genting, segera kami naik ke atas, dengan gondola. Sebelumnya ibu sudah khawatir mendengar desas-desus bahwa orang muslim tidak boleh masuk ke Genting, tapi kekhawatiran itu sirna setelah naik gondola, berganti kekhawatiran karena takut naik gondola di ketinggian. Ibu terlihat pucat dan tidak berani melihat ke bawah, apalagi dari jendela kaca gondola, dataran tampak tinggi sekali dan curam.

“Iki rapopo to mlebu?”

Pertanyaan yang muncul ketika ibu ingin sekali masuk ke Kasino. Rasa penasarannya sangat kuat, ingin melihat bagaimana sih daleman Kasino itu seperti apa. Akhirnya ibu dan adik masuk ke Kasino, kebijakan di Genting memang tidak memperbolehkan muslim Malaysia masuk, tapi jika muslim Indonesia bisa melenggang kangkung ke dalam Kasino. Dan mereka berdua mungkin adalah anomali, masuk Kasino tapi berjilbab. Begitulah ibu saya, rasa ingin tahu sangat besar.

DSC_0584
Ibu dan Kiki di Dataran Merdeka
DSC_0537
Ibu dan Kiki di Masjid Negara

Di Kuala Lumpur ini saya mencoba mengajak ibu ke tempat-tempat yang memang ibu minati. Karena ibu seorang guru sejarah, maka saya ajak berkeliling Petaling dan Dataran Merdeka. Sedikit wisata heritage dan menikmati bangunan-bangunan tua. Ibu ternyata mengamati dengan detail dan kagum bagaimana bangunan-bangunan tua di pusat kota masih terawat, lalu mengungkapkan otokritik pada negeri sendiri yang lebih suka membongkar bangunan tua dan menggantinya dengan bangunan modern, menghilangkan unsur cantik kota katanya.

Kemudian berikutnya saya ajak ke Masjid Negara. Di Masjid yang merupakan Istiqlal-nya Malaysia ini kami beristirahat siang sekaligus menikmati suasana masjid. Teduh dan menyenangkan. Karena ke masjid ini saya akhirnya baru tahu bahwa rupanya masjid ini menjadi tempat wisata unggulan Kuala Lumpur, wisatawan boleh berkunjung pada jam-jam tertentu. Uniknya, di masjid ini wisatawan yang tidak memakai atribut penutup aurat diwajibkan memakai jubah dan mukena yang sudah disediakan masjid. Ibu tidak mampu menahan geli melihat hal ini, melihat turis-turis Jepang dan Barat memakai mukena membuat ibu tak putus terheran-heran.

“Ayu-ayu ya turis nek do nggo jilbab, mugo-muga bar ngene njuk entuk hidayah dadi muslim”

Saya dan Kiki lalu hanya mengaminkan.

DSC_0335
Ibu menawar barang di Central Market

Ada 2 tempat favorit ibu di Kuala Lumpur. Pertama adalah Petaling Street sementara yang kedua adalah Central Market. Disitulah wisata khas ibu-ibu berpusat, wisata belanja. Disitulah sesungguhnya ketangguhan seorang ibu diuji. Dari adu tawar menawar dan adu kuat dengan pedagang untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Dan disinilah keahlian ibu ditunjukkan, tawar menawar.

Tidak di Indonesia, tidak di Malaysia, ibu selalu jago menawar. Harga barang bahkan bisa turun lebih dari setengah. Ini membuat saya dan adik saya bengong setengah mati. Perasaan dulu saya ketika belanja di tempat yang sama dapat lebih mahal, sementara ibu bisa dapat lebih.

Soal ini ibu mengejek saya dan Kiki, “Makane nek nawar ki sing sabar, rasah kesusu”. 

Saya cuma senyam senyum keki, wong saya ga pernah menawar, tidak tega kalau dalam tawar menawar. Hasil belanjaan ibu satu tas besar, ibu bahkan sudah menyiapkan tas khusus belanjaan ini sejak dari Indonesia dan adik saya dapat bagian yang harus menentengnya.

DSC_0326
Ibu makan masakan India

Untungnya kami ke Kuala Lumpur, sehingga untuk mencari makanan halal tidak menjadi masalah. Ibu kemudian punya kuliner favorit di Kuala Lumpur, namanya Teh O dan Nasi Lemak khas India. Ini gara-gara Kiki, ketika cari sarapan, dia mengajak kami ke restoran India di sebelah Central Market, Resto Yusoof dan Zakhir. Ibu tandas menghabiskan sepiring nasi lemak dengan kuah kari. Ketika mencicip dia langsung terpesona dengan aroma rempah yang meruah dari kuah kari dan langsung jatuh cinta masakan India. Sepertinya cinta pada suapan pertama, karena setahu saya ibu belum pernah mencicip makanan India sebelumnya.

Di restoran ibu pagi di sela-sela makan pagi, ibu dengan naluri sejarahnya yang tinggi malah bercerita tentang migrasi orang-orang India di Malaysia. Tentang bagaimana persemakmuran Inggris membawa orang-orang India untuk dibawa ke negeri jajahannya, atau tentang migrasi yang disebabkan karena konflik berkepanjangan antara India dan Pakistan. Saya dan Kiki bak dikuliahi satu mata kuliah sejarah tentang orang-orang India di Malaysia, di sela-sela sarapan kami. Itu yang membuat saya selalu bangga punya ibu yang guru sejarah, pengetahuan beliau luas, dan beliau bukan generasi Google, karena bahkan untuk googling saja beliau tidak tahu caranya. Apa yang beliau utarakan, yang ibu saya ketahui, adalah hasil belajar beliau sendiri dan hasil dari ketekunannya membaca buku.

Hanya ada satu tempat yang tidak ibu kunjungi, Batu Caves. Ibu tidak mau menaiki dua ratusan anak tangga tersebut karena dia sudah lelah dan jeri melihat tangga yang begitu tinggi, ibu memilih menunggu kami di bawah, di selasar kuil, sementara saya dan adik naik ke atas. Disini juga ibu memberitahukan kami sedikit yang ia ketahui tentang Hindu di India dan Hindu di Indonesia.

4 hari 3 malam di Kuala Lumpur sepertinya untuk kami sangat menyenangkan. Mungkin vakansi paling menyenangkan yang pernah kami bertiga alami. Ada rasa bahagia yang meluap di sudut mata ibunda ketika dia di Malaysia, walau lelah tapi tampak tetap ceria. Sementara di sisi lain, ada secuil rasa senang yang tampak dari air muka adik saya Kiki. Sebagai anak, saya hanya bisa bersyukur, setidaknya saya bisa membuat keluarga saya merasakan sedikit kebahagiaan dan secercah senyuman.

Seperti di awal ketika saya tak bisa menemukan kata pembuka untuk tulisan ini, di akhir pun saya kehabisan kata-kata untuk menorehkan epilog. Intinya adalah, mungkin vakansi bertiga kemarin adalah salah satu hari paling terindah yang pernah saya alami sepanjang hidup.

Tabik.

PS :

1. “Piye to kui kog lek do nggo jilbab aneh to? Lengen cendhak tapi jilbaban, tur warnane nabrak-nabrak” -> Gimana sih itu kog pakai jilbabnya aneh? Baju lengan pendek tapi kog pake jilbab, dan juga warnanya nabrak-nabrak.

2. “Iki rapopo to mlebu?” -> Ini gapapa kan masuk?

3. “Ayu-ayu ya turis nek do nggo jilbab, mugo-muga bar ngene njuk entuk hidayah dadi muslim” -> Cantik-cantik ya turis kalau pada berjilbab. Semoga setelah ini terus dapat hidayah menjadi seorang muslim.

4. “Makane nek nawar ki sing sabar, rasah kesusu” -> Makanya kalau menawar gausah terburu-buru.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

90 KOMENTAR

  1. Ikutan merinding dan deg2an pas baca bagian sebelum keberangkatan.. Tapi jelas ikutan bahagia dan terharu di bagian sudah sampai Malaysia 😀
    Seneng ya mas rasanya bikin orang yg kita sayang bahagia.. Semoga bsk masih ada rejeki dan waktu buat aku ngajak jalan2 Mama keluar negri juga 😀

  2. waaaa..so sweet, kalian anak2 baiiikk ^.^
    *oot* di Jogja juga gue mulai lihat cewek2 pake jilbab tapi lengan baju pendek. Eh ya terserah aja buat gua sih, cuma baru tau aja, kirain adanya di Malaysia doang 😛

  3. Gleeeekkkk,,,, nasibnya sama dengan saya yang ditinggal Ayah sejak SMP dan ibu membanting tulang membesarkan kami bertiga. Tapi sampai sekarang saya belum sekalipun membahagiakan ibu saya T____T
    Semoga suatu saat ^^

  4. huhuhu, bagus tulisannya…
    duh chan, aku yang lebih cupu dibandingin ibuku soal ke LN ini aja pas sok2an ngajak ibuku jalan2 ke LN ibuku terharu dan seneng banget. Apalagi ibumu yah, pasti bahagia banget, terharuuu.. jadi kangen ibu dan pengen jalan2 lagi ke LN sama ibu. Mak kangen maak…

  5. Senang ya, Kak, bisa jalan-jalan dengan ibu. Mesti sering-sering, tuh. 🙂 Apalagi kalau ibunya guru sejarah dan punya pengetahuan luas tentang tempat-tempat yang kamu kunjungi. Kalau perlu, mungkin pengetahuan sejarah ibu tentang tempat-tempat itu mesti diakomodasi. Harus langsung mengunjungi tempat-tempat itu. Supaya wawasannya makin kaya.

    • hai dew..thanks sudah mampir. 🙂
      aku selalu berusaha membelikan ibuku buku-buku sejarah populer yang update supaya ibu bisa baca dan update pengetahuannya dew.
      tapi kalau soal tempat-tempat, biasanya malah ibu sendiri yang suka pergi sendiri sama temen-temen guru sejarahnya. 😀

  6. Ikut senang tante diajak keluar negeri ama Farchan. Lepas bulan Mei ama Agustus boleh lagi tuh tante. Anaknya baru dapet IPK & Gaji 13 *suweeek*

  7. Kalo dulu tantangan saya malah bagaimana.menyuruh ibu bikin paspor. Kemalasan ibu yg gak mau repot nyiapin berkas dan dateng wawancara. Hhe

  8. Baru baca sampai paragraf dua saja sudah tercekat, terharu. Bisa membahagiakan ibu memang sebuah sukacita yang luar biasa. Priceless.

  9. Tulisannya cetar membahana membuat saya langsung angkat ntelp *menghubungi suami.
    “Kita kayaknya perlu deh piknik tahunan”
    Suami : setuju.
    *kami kel kecil dengan 3 anak masih kecil2 yang merintis swmua cicilan dr bawah, nya menabung, ya mau beli toko buat masa tua.. gak mimpi bisa piknik tahunan, tetep pengen dicoba, Insya Allah bisa.

  10. hehe.. melu seneng & terharu Chan, alhamdulillah beberapa minggu yang lalu aku juga menerbangkan bapak-ibu ke luar negeri :’)
    tapi aku-ne rung diberi kesempatan nderekake, ra cukup duit. muga2 berkah opo sik mbok lakoake aamiin..

  11. Semoga berkah mas perjalanannya….aku masih belum berhasil ngajak ibu jalan2 keluar negeri je mas…hehehe…ada tipsnya ga mas biar mau diajak jalan2?

  12. Untung Ibu ditemani adik ya Kang, jadi ada teman wanitanya. Ibu saya belum mau diajakin ke Malaysia, beliau menganggap Malaysia itu “jahat” sama TKI, hahaha. Padahal tiket ke Malaysia kan murah ya.

  13. Hihi podo mas. Ibuku ya jd single parent ngurus 3 anak sejak smp. Smpe skrg yo belum capek2 nyambut gawe. Moga2 iso takjak mlaku2 ke tanah suci secepatnya amin 🙂

  14. Huiih.. Ini toch cerita lengkapnya tentang perjalanan ke luar negeri pertama kali si Ibu. Hahahaha.. Kereeen! Kalo buat ortu, kerja keras kita itu memang terbayarkan ya kak. Iklas melihat ortu senyum. :’)

  15. “Makane nek nawar ki sing sabar, rasah kesusu” -> Makanya kalau menawar gausah terburu-buru.

    – nasihat yang bagus, akan saya cuba praktikkan

    salam dari KL
    Fiz

  16. […] Saya kesulitan untuk membuka tulisan ini karena bahkan sebelum menulis saya sudah terjebak dalam nuansa sentimentil yang sangat subjektif. Siapa sih yang tidak akan sentimentil ketika menulis tentang orang-orang yang tersayang dalam hidup mereka? Saya kira tak ada. Maka maafkan saya jika dalam huruf demi huruf, kata demi kata dan paragraf demi paragraf berikutnya ada […] Lebih Lanjut […]

  17. Salam dari malaysia.

    Sedikit info untuk pengetahuan.

    Islam bukan agama rasmi di malaysia, tetapi agama persekutuan (federal religion). ini termaktub secara perlembagaan. Oleh itu, insitusi Islam di negara Malaysia terpelihara dan bergerak secara organisasi yg efisien (seperti zakat, undang syariah dan sebagainya). walau pun begitu, penganut agama lain bebas mengamalkan agama mereka, tetapi dengan syarat mereka tidak boleh mengembangkan ajaran agama mereka kepada orang Islam.

    keduanya, orang melayu di malaysia di ikat dengan agama Islam secara undang undang dan perlembagaan. Perlembagaan Malaysia menyebut, orang melayu di takrifkan sebagai orang yang 1) berbahasa melayu, 2) mengikut adat dan cara hidup melayu, 3) MESTI beragama Islam.

    ini bermakna di Malaysia, jika kita mahu menjadi Melayu, kita mestilah ISLAM dahulu. Kamu boleh menjadi bangsa arab, bangsa india, bangsa cina yang beragama Islam, budha atau nasrani, tetapi kamu tidak boleh menjadi melayu jika kamu tidak Islam. Jika kamu asalnya melayu tetapi melafazkan kata kata untuk keluar dari Islam, maka kamu terkeluar juga dari melayu. apabila terkeluar dari melayu, maka kamu tidak akan menikmati kelebihan kelebihan sebagai orang melayu di Malaysia (seperti subsidi pendidikan, penempatan dalam kerajaan dan banyak kelebihan lain yang di nikmati melayu berbanding bangsa cina atau india).

    nampak lucu, tapi hasilnya, orang melayu tidak berpecah kepada suku kaum lain seperti terjadi di singapura di mana tidak ada lagi melayu di situ, yang ada hanyalah bugis, jawa dan sebagainya. Orang melayu juga berpeluang untuk membabitkan diri dalam ekonomi dan pemerintahan. Jika tidak ada elemen elemen ini, maka kuasa ekonomi hanya akan di pegang oleh satu bangsa (cina). dan juga, lebih senang disatukan bangsa melalui agama.

    Namun kebelakangan ini pemerintah agak lemah dan sudah ada banyak kasus di mana Islam sedang cuba di ceroboh dan di manipulasi oleh pihak luar. apatah lagi orang melayu di malaysia sekarang sudah berpecah agak teruk kerana politik melampau

    sekian. .

  18. senang sekali dengan tulisan anda. bagus sekali. kalau datang ke Malaysia lagi, apa kata bawa ibunya ke Melaka Bandar Bersejarah. kota bagi
    yg mencintai sejarah. Kota yg dipenuhi Muzium dan tingalan bangunan lama. -Salam dari Malaysia.

  19. Alhamdulillah..saya senang bacanyaa..umur saya 1 th lebih muda dr ibu anda..dan saya sediiih krn tidak berhasil mengajak ibu saya almarhumah jalan2 ke luar negeri..krn ibu saya tidak bisa pergi tanpa ayah saya yg meninggal mendadak krn stroke di usia 69th../th 2004…Menurut ibu..ayah sayalah yg bercita cita traveling keliling dunia..tp beliau berdua hanya pernah ke mekah dan medina untuk ibadah th 1997..setelah.ya hanya sempat berwisata keliling Indonesia..hanya beliau berdua…baca tu

  20. baca tulisan anda..saya jd nyesal dan nelangsa ..dan kangeeen dg ibu dan abah saya..walopun saya sdh jadi nenek 3 bln yg lalu tp kebahagiaan terbesar dan terlengkap adalah melakukan sesuatu dan membicarakan sesuatu..bersama orangtua..bahkan ngobrol..menelpon..sms itu sesuatu yg sangat membahagiakan bila kita masih bisa…Semoga anda bisa puas membahagiakan ibu anda..ambillah kesempatan emaks itu krn kita tidak tahu kapan datangnya ajal menjemput..Salam kenal yaa..juga untuk ibu anda…:-)

  21. titip peluk untuk Ibunda, Mas. Jadi ingat kenangan terakhir bepergian bersama Ayah dan Ibu ke China, nggak lama Ibu meninggal.

    Waktu mbaca ini, brebes mili, ingat lagi.

  22. aduh seru ceritany…anak dan ibu yang baik…,/ aku jg pgn jalan2 bareng ibu. jadi inget dech…mudah2an bisa ke malaya jg…hehe

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here