DSC_0012

Saya adalah orang yang cukup skeptis, bahkan sinis jika mendengar kata tambang. Dalam pemahaman saya, kata tambang berarti adalah industri kapitalis yang hanya mengeruk Sumber Daya Alam demi kepentingan segelintir orang, lalu meninggalkannya saat lingkungan sudah benar-benar rusak dan hancur. Namun pandangan saya ini hanya didasarkan subjektifitas semata, dimana saya hanya menyerap info-info tersebut dari media massa dan internet. Konstruksi subjektif yang dibangun tanpa melihat kondisi riil di kawasan pertambangan.

Sampai akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk membandingkan apakah pandangan subjektif saya itu sesuai dengan kondisi riil di lapangan pertambangan.  Adalah email dari Jenni, Public Relations Newmont yang mengundang saya untuk melakukan kunjungan lapangan ke lokasi tambang Newmont Nusa Tenggara, Batu Hijau untuk melihat upaya – upaya CSR dan reklamasi lingkungan areal pertambangan bertajuk Batu Hijau Bootcamp. Saya melihat kesempatan ini adalah kesempatan emas, setidaknya ada 2 alasan : Alasan pertama adalah membuktikan pandangan saya itu benar atau tidak, alasan kedua adalah agar saya bisa memandang secara objektif mengenai kasus-kasus yang terjadi di areal pertambangan, karena tambang dan permasalahannya sampai saat ini masih menjadi kasus yang seksi untuk dibahas di masyarakat. Atas 2 alasan tadi maka saya mengiyakan tawaran Jenni dan berangkatlah saya ke Sumbawa.

Berangkat dari Jakarta tanggal 12 Mei pagi buta, saya menghabiskan waktu seharian di perjalanan. Penerbangan 2 jam dari Jakarta ke Lombok, kemudian dilanjutkan dengan jalur darat dari Bandara Internasional Praya menuju Pelabuhan Kayangan untuk menyeberang ke Sumbawa. Menanti sekitar 2 jam, akhirnya jam 1 siang waktu setempat saya melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Benete untuk mencapai areal pertambangan Newmont Nusa Tenggara yang dikenal dengan Batu Hijau. Perjalanan antara Kayangan dan Benete ditempuh dalam waktu kurang lebih 2,5 jam perjalanan, sepanjang penyeberangan, kapal diterpa gelombang yang cukup keras yang membuat kapal bergoyang sesuka hati seperti penyanyi dangdut Pantura.

Dan tibalah saya di Batu Hijau, areal pertambangan Newmont Nusa Tenggara yang terletak di Pulau Sumbawa, tepatnya terletak di areal administrative Kabupaten Sumbawa Barat. Sore menjelang saat saya tiba di Batu Hijau, disambut oleh Arie dan Moled dari pihak media relations Newmont Nusa Tenggara.

Saya dan beberapa teman lain yang juga diundang Newmont kemudian diajak untuk mengenal lebih dekat tata cara pekerjaan di areal pertambangan dengan memperkenalkan tentang kebijakan keselamatan pekerjaan yang diterapkan perusahaan di areal pertambangan. Semua peserta Batu Hijau Bootcamp yang berasal dari berbagai background mulai dari jurnalis, travel blogger, diver, aktivis LSM lingkungan hidup, praktisi CSR sampai mahasiswa diterangkan mengenai tata cara peraturan keselamatan di kawasan tambang untuk menjamin keamanan dan keselamatan peserta di areal pertambangan. Tinggal dan bekerja di areal pertambangan tentunya memiliki resiko yang cukup besar, sehingga pihak Newmont meletakan keselamatan kerja sebagai bagian terpenting dalam bisnis ini.

Step berikutnya adalah masuk ke Townsite, sebuah kawasan yang diperuntukkan untuk tempat tinggal pegawai-pegawai Newmont. Townsite sendiri agak mirip dengan sebuah kota kecil dengan fasilitas super lengkap untuk menjamin kenyamanan para pekerja di areal pertambangan Batu Hijau. Walaupun disebut town/kota, namun disini semua tertata rapi dan serba teratur. Mulai dari rumah-rumah yang seragam dan dibangun mengikuti kontur tanah di sana, jalanan yang luas dan bebas macet, serta monitoring pengendara kendaraan bermotor dengan memasang sensor kecepatan pada beberapa titik. Dan seorang pegawai yang bekerja akan menempati sebuah mess di Townsite, dijamin tempat tinggal dan kebutuhan hidupnya selama bekerja.

Dalam 2 hal pertama tadi, keselamatan dan kenyamanan pegawai, Newmont menjadikannya prioritas, bahkan menurut pihak Newmont, prosedur keselamatan kerja di Indonesia ini menjadi acuan bagi tambang-tambang Newmont lainnya di luar negeri seperti di Australia, Ghana dan Peru. Kemudian soal kenyamanan SDM di areal pertambangan ini sebenarnya adalah upaya bagus dari Newmont, tentunya ini akan mendukung kinerja produksi perusahaan. Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, kenyamanan dan pemunuhan kebutuhan SDM dalam siklus bisnis memiliki peranan yang cukup penting dalam keberhasilan operasi perusahaan. Logikanya begini, semakin nyaman seorang pegawai, maka kinerjanya akan bagus dan pada ujung akhirnya kinerja yang bagus ini secara otomatis akan mengoptimalkan produksi perusahaan.

Berikutnya rombongan dibawa ke Klinik SOS  International di tengah-tengah Townsite. Di Klinik ini saya baru tahu bahwa screening kesehatan untuk pegawai Newmont sangatlah ketat dan detail. Sebelum masuk sebagai pegawai mereka harus melalui medical check up, kemudian terdapat check up berkala bagi pegawai. Untuk staff kantor dijadwalkan 3 tahun sekali, sementara untuk staff lapangan bisa 6 bulan sekali tergantung tingkat resikonya. Perhatian untuk kesehatan para pegawai Newmont tampak tidak main-main, bagi saya yang mendalami manajemen sumber daya manusia, mungkin ini adalah salah satu bentuk manajemen berbasis pegawai, dimana proteksi terhadap pegawai benar-benar maksimal dan memandang pegawai sebagai aset perusahaan.

Setelah melihat beberapa sisi humanis perusahaan, maka rombongan segera dibawa ke penginapan. Karena tajuknya adalah untuk merasakan suasana kehidupan pegawai Newmont, maka penginapannya pun disamakan di mess pegawai. Konstruksi mess pegawai dibuat tanpa merubah kontur tanah, jadi jika berada di tanah yang miring maka bentuk bangunan yang menyesuaikan. Bangunannya dibuat dari konstruksi aluminium, di atas tonggak-tonggak besi dan didesain tahan gempa. Fasilitasnya berupa kamar tidur, lemari, meja, penyejuk udara dan kamar mandi dengan air hangat. Sederhana namun lengkap dan nyaman. Di kamar inilah saya akan tinggal selama beberapa hari di lokasi pertambangan.

Begitu malam menjelang, seluruh peserta disambut dengan welcome dinner oleh manajer CSR Newmont, Pak Jarot. Di sesi dinner ini pula diperkenalkan secara umum kegiatan-kegiatan CSR yang dilakukan Newmont, kemudian Pak Jarot juga memberikan gambaran kisah beberapa tahun ke belakang, mengenai keberadaan Newmont dan juga beberapa konflik yang sempat terjadi antara Newmont dan masyarakat setempat serta pemecahan masalahnya. 2 jam acara welcome dinner ini sepertinya memberi saya gambaran awal tentang kegiatan-kegiatan CSR di Newmont ini. Tinggal nanti bagaimana saya melihat dan mencatat kegiatan konkretnya di lapangan.

Secara umum sambutan dari perusahaan cukup bagus, setiap informasi diberikan secara terbuka dan pihak perusahaan cukup apresiatif menanggapi pertanyaan peserta. Di hari pertama ini saya mendapat impresi bagus dari pihak Newmont, setidaknya mereka menunjukkan secara terbuka bagaimana tambang beroperasi, serta bentuk reklamasi, konservasi dan CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Dari hari pertama, saya baru mendapat gambaran awal,kulit-kulitnya saja. Semoga untuk detail berikutnya mungkin bisa diamati dan dicatat secara kritis di hari berikutnya.

Tabik dari Sumbawa Barat.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

4 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here