DSC_0003

Pembaca, saya berterima kasih telah mengunjungi blog traveling saya. Saya bukan seorang penulis perjalanan, saya apkiran dan masih amatiran. Tulisan saya kacau balau, tidak mengikuti cara menulis yang baku. Maafkan saya atas semua itu.

Seorang teman pernah menasehati saya. Kamu kalau menulis sebuah tulisan, bacalah sepuluh buku terlebih dahulu. Maka saya ikuti nasihat teman saya itu, setiap bulan saya membeli minimal sepuluh buku, baik di toko buku terkenal atau lapak pinggir jalan. Saya tak berharap bisa menjadi penulis ulung, saya hanya berharap menulis dengan baik.

Maafkan saya travel blog saya melulu bicara soal tempat, walau banyak traveler bijak berkata perjalanan itu bukan soal tempat. Apa boleh dikata, asupan bacaan saya juga buku-buku yang selalu bicara soal tempat, blog-blog lain yang sering saya kunjungi juga mayoritas bicara tempat. Maka lambat laun saya pun terbentuk lingkungan, bicara tentang tempat. Maafkan saya.

Sebenarnya saya ingin tulisan-tulisan saya tidak ingin bercerita soal tempat. Tapi hati ini selalu bicara kekhawatiran, apa ada yang mau membaca? Saya ini hobi menulis panjang, saya takut para pembaca bosan jika saya berlatah-latah menulis panjang.

Tapi mau bagaimana lagi, mencari penulis traveling yang bukunya tidak membahas soal tempat itu sama susahnya mencari barang baru di Gedebage. Ada, tapi sedikit sekali. Mengingat itu saya kembali sedih, impian saya menulis hal lain, selain tempat kembali sirna. Saya kembali menambah asupan tulisan tentang tempat dan tulisan saya, sekali lagi kembali bicara soal tempat.

Saya sebenarnya sudah bosan dengan tulisan saya sendiri. Saya ingin tulisan saya bicara soal lain. 1, 2 sudah saya coba, walau masih a la kadarnya. Saking kepinginnya, saya sampai mampir-mampir ke bagian buku politik, mampir-mampir ke bagian buku agama, mampir-mampir beli buku militer dan sejarah, mampir-mampir beli buku psikologi dan sosiologi. Ya, saya mencoba melihat dari semua sisi, saya ingin asupan banyak hal, walaupun yang saya tulis mungkin nanti hanya sedikit hal.

Maafkan saya jika tulisan saya masih bicara soal kemana naik apa, soal dari sini kesini, lalu kesini. Soal disana ada apa lalu ngapain. Saya sebenarnya ingin berubah dari itu semua, saya ingin bicara soal mbok-mbok yang saya temui di perjalanan, saya ingin bicara soal mesin kereta api yang saya tumpangi, saya ingin bicara soal sibuknya para ground crew di bandara. Tapi itu tadi, pengetahuan saya tidak ada, masih ingusan dan tidak tahu apa-apa.

Saya tak mau menyalahkan siapa-siapa. saya hanya rindu, saya butuh cahaya terang yang menunjukkan bagaimana saya harus menulis. Saya rindu tulisan yang bisa saya jadikan referensi yang tidak melulu bicara soal tempat. Agar saya bisa belajar padanya dan tulisan saya tidak melulu soal tempat.

Saya chatting dengan seorang teman semalam, dia ingin menulis filosofi perjalanan. Saya iri dengannya, dia akan menulis hal-hal yang filosofis. Sementara saya belum ada kemajuan, masih menulis hal remeh-temeh.

Saya lalu terdiam dalam kelam. Yang sekelam tulisan saya sendiri.

Tabik.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

15 KOMENTAR

    • iya mbak .. 😀
      sementara ini saya usahakan terus menulis ajalah..biar semakin dibaca banyak orang..
      makasih banyak sudah mampir ke gubug saya. 🙂

  1. lhaaa…. tulisanmu memang tentang tempat di paragraf awal.. tapi selanjutnya lebih mendalam dari sisi pengalaman pribadi, budaya serta kaitan dengan isu sosial. kalau tulisanmu tidak aku anggap bagus. tidak akan aku ninggalin komen sering2 hehehhehe

  2. menulis itu kan proses mas. Dari menulis huruf kemudian menjadi kata, dari kata kemudian berkembang menjadi kalimat, dari kalimat menjadi paragraf, dan seterusnya. Jadi ya dinikmati aja sih mas, sambil terus menulis, membaca, dan berjalan tanpa henti. pasti akan berkembang dengan sendirinya kok.:) semangaaaaaaattttt!!!

  3. menulis ya menulis aja deh, entah ada yang baca atau tidak. tapi semoga ada manfaatnya buat orang lain, gitu saja harapannya. toh kita nulisnya di blog sendiri, enggak ngerepotin orang lain 🙂

    • bukan begitu mas fahmi..
      saya memikirkan efek domino mereka yang membaca tulisan saya.
      takutnya saya justru memberikan efek buruk karena tulisan saya. itu yang saya khawatirkan.

  4. pada dasarnya juga, kita semua menulis tentang tempat. hanya saja sudut pandang yang ditulis itu berbeda. e.g. Jakarta. ini tempat, tapi coba lihat berapa banyak tulisan yang bisa tercipta dari tempat ini dengan sudut pandang yang berbeda. politik, ekonomi, sosio humaniora, wisata, dsb. dan tulisanmu tentang tempat itu cuma ada di judul, selebihnya bukan tempat yang saya lihat. keep writing masdab. 🙂

  5. Hai aku baca2 blog kamu bagus kok. Biasanya orang2 yang kritik iri aja karena gak bisa ikutan jalan-jalan. hahahaha Yang penting nulis. Coba yang kritik suruh nulis, belum tentu bisa. Lagian tujuan menulis kan buat dibaca orang dan dimengerti. Kalau terlalu berat seperti filosofi perjalan, yang baca siapa ya? hehehe Semangat terus!

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here