Setiap pejalan, petualang atau apalah itu sebutannya adalah utopis. Mereka bermimpi akan satu hal, satu tujuan yang ingin dicapai yang muncul dalam mimpi mereka.
Mimpi itu akan mengakar kuat dalam hati, tercetak terus dalam pikiran, menimbulkan rasa penasaran yang semakin dalam dan mengurat jauh ke dalam alam bawah sadar. Mimpi yang akan menimbulkan kelegaan, kepuasan dan kebanggaan apabila tercapai.
Itu adalah pencapaian tertinggi, puncak yang harus digapai oleh para kaum pejalan dengan berbagai macam cara, berbagai macam jalan. entah harus sampai lintang pukang, jatuh bangun, gulung koming berkali-kali, tapi itu harus tercapai.
Sebagian menjadikan mimpi tadi sebagai jalan hidup. sebuah konsekuensi untuk melampiaskan hasrat yang sudah mengakar di lubuk hati yang paling dalam. tapi sebagian yang lain menjadikan perjalanan adalah prestise, mimpi yang berhasil dicapai adalah gengsi maha besar yang lantas harus diberitahukan ke seluruh dunia.
Tapi tidak semua bisa mewujudkan mimpi itu. sebagian masih berkutat dengan dunia utopis yang tidak pernah akan dicapai karena keragu-raguan. padahal dunia utopis adalah dunia yang indah. misterius namun megah nan menggugah.
Para pejalan memilih meninggalkan dunia normalnya, dunia nyaman dan memilih melangkah di jalan penuh onak duri, penuh ketersesatan karena dalam keyakinnannya jalan yang penuh hambatan pasti dibaliknya ada keindahan tiada duanya.
Bahwasannya setiap pejalan memerlukan waktu untuk hidup dalam dunianya, butuh kekuatan untuk memenuhi mimpi-mimpinya. Selama itu belum terwujud maka para pejalan akan tetap hidup di dunia utopia.
Dan para pejalan atau apalah itu namanya memang sepertinya senang hidup di dunia utopia yang indah. dunia yang akan dicoba diwujudkannya.
Maka, mari berjalan kawan.
